Keterampilan memberi
penguatan
Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons
secara positif suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memunkinkan tingkah
laku tersebut timbul kembali.
Adapun tujuan
dalam memberikan penguatan yaitu:
1.
Meningkatkan perhatian
siswa.
2.
Melancarkan atau memudahkan
prsoses belajar.
3.
Membangkitkan dan
mempertahankan motivasi.
4.
Mengontrol atau mengubah
sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.
5.
Mengarahkan dan meengatur
diri sendiri dalam belajar.
Dapat
diberikan terhadap:
1.
Perhatian terhadap guru,
kawan, obyek diskusi.
2.
Tingkah laku belajar,
membaca, pekerjaan di papan tulis.
3.
Penyelesaian hasil
pekerjaan (PR).
4.
Kualitas pekerjaan
(kerapihan).
5.
Perbaikan/penyempurnaan
tugas.
Komponen
keterampilan
Penggunaan
komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif, hati-hati,
disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar
belakang, tujuan, dan sifat tugas.
Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah:
a.
Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata atau kalimat
ynag diucapkan guru. Contoh, “baik” , “bagus” , “tepat” , “saya sangat
mengshargai pendapatmu” , “pikiranmu sangat cerdas” dll.
b.
Penguatan gestural
Penguatan ini dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau
anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat
alis, tersenyum, tepuk tangan, mengangguk, menaikkan ibu jari tanda “jempolan”
dll.
c.
Penguatan dengan cara
mendekati
Penguatan ini dikerajakan dengan cara mendekati siswa
untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau
penampilan siswa. Misalnya guru duduk dalam suatu kelompok diskusi , berdiri
disamping siswa. Sering gerakan guru mendekati siswa diberikan untuk memperkuat
penguatan yang bersifat verbal.[1]
d.
Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan
menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa.
Sering kali untuk anak-anak yang masih kecil guru mengusap rambut kepala siswa.
e.
Penguatan dengan memberikan
kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu
temanya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat,
siswa diminta memimpin kegiatan dll.
f.
Penguatan berupa tanda atau
benda
Penguatan ini merupakan usaha guru dalam menggunakan
bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang
positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku
pekerjaan, pemberian bintang, permen atau hadiah.
Cara menggunakan komponen
1.
Penggunaannya harus
bervariasi.
2.
Pemberian penguatan lebih
baik dilakukan secara langsung dan segera.
3.
Untuk keperluan tertentu penggunaan
penguatan secara tidak penuh dapat diberikan.
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks
proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga
dalam proses belajarnya yang bertujuan
mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta aktif.
Kegunaan di dalam kelas
1.
Memelihara dan meningkatkan
perhatia siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.
2.
Meningkatkan kemungkinan
berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan
eksplorasi.
3.
Membentuk sikap positif
terhadap guru dan sekolah.
4.
Kemungkinan dilayaninya
siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
5.
Mendorong aktivitas belajar
dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar
yang menarik dan efektif.[2]
Komponen-komponen
keterampilan menggunakan variasi
a.
Variasi dalam gaya mengajar
guru
Variasi gaya mengajar guru meliputi komponen-komponen:
1)
Variasi suara
Variasi suara adalah perubahan
suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi
lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi,
baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan.
2)
Pemusatan perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang
baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika
materi yang disampaikan oleh guru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa
menimbulkan kebosanan. Maka dari itu perhatian siswa harus difokuskan pada
aspek yang penting atau kata kunci dengan memberikan peringatan dalam bentuk
kata-kata. Misalnya: “Perhatikan baik-baik”, “jangan lupa dicatat” dll.[3]
3)
Kesenyapan
Pada saat menerangkan sering
diperlukan kegiatan berhenti sejenak tiba-tiba. Kesenyapan macam ini
bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan dikerjakan bila guru
akan berpindah materi pelajaran. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengendapkan pengetahuan yang baru diperoleh sebelum pindah segmen
berikutnya.
4)
Kontak pandang
Bila guru menerangkan hendaknya
mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau
memandang mata setiap siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan
menghindari hilangnya kepribadian.
5)
Gerakan badan atau mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru,
gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam
berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan
arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi.
6)
Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam
ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa. Perpindahan posisi dapat
dilakukan dari depan ke belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan. Yang terpenting
ialah perubahan posisi itu harus ada tujuannya.
Variasi Bahan Ajar, Media dan Metode
a.
Variasi bahan ajar
Yang dimaksud variasi bahan ajar adalah bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya mengajarkan materi-materi pokok saja tetapi juga
harus diselingi (divariasikan) dengan materi-maeri penunjang, seperti
contoh-contoh, cerita dan sebagainya.
b.
Variasi media
Ada tiga
variasi penggunaan media yaitu:
1)
Variasi media pandang
Dapat
diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar untuk komunikasi, seperti
buku, globe, peta, gambar grafik, model demonstrasi dll.
2)
Variasi media dengar
Variasi dalam
penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media
taktil, sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya adalah
pembicaraan siswa, rekaman audio, rekaman wawancara dan lain sebagainya.
3)
Variasi media taktil
Variasi media
taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajar. Dalam hal ini siswa
dilibatkan dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat
disebutkan dan dilakukan secara individual ataupun kelompok kecil. Misalnya
dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah.[4]
c. Variasi metode
Dalam proses belajar mengajar, guru tidak terpaku dengan satu metode saja
melainkan bisa memvariasikan penggunaan berbagai metode dengan tujuan agar anak
didik tidak merasa bosan.
Ada berbagai macam metode yang bisa digunakan, diantaranya ialah:
1. Metode ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode dimana cara menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa dilakukan dengan lisan. Peranan guru dan siswa jelaslah
berbeda, yaitu guru menerangkan secara aktif, sedangkan siswa mendengarkan dan
mengikuti secara cermat serta membuat catatan yang sekiranya penting. Metode ceramah
digunakan apabila materi yang akan disampaikan cukup banyak dan harus
disampaikan kepada orang banyak.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah suatu metode dimana guru bertanya sedangkan
siswa menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.
Metode tanya
jawab dilakukan:
1. Sebagai pengulangan
pelajaran yang telah diberikan.
2. Sebagai selingan dalam
pembicaraan.
3. Untuk merangsang anak
didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
4. Untuk mengarahkan proses
berpikir.
3. Metode diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk
mengambil kesimpulan. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang
menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang
dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:
1) Mendorong siswa berpikir
kritis.
2) Mendorong siswa
mengeksoresikan pendapatnya secara bebas.
3) Mendorong siswa
menyumbangkan buah pikirannya untuk memcahkan masalah
Metode diskusi dilakukan:
1) Bila ada soal-soal yang
memungkinkan untuk dipecahkan permaslahannya oleh murid.
2) Untuk mencari keputusan
suatu masalah.
3) Untuk menimbulkan
kesanggupan pada anak didik dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga
dapat diterima orang lain.
4. Metode Tugas Belajar dan
Resitasi
Metode Tugas Belajar dan Resitasi merangsang anak untuk aktif belajar
baik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan
secara individual atau kelompok.
Metode
resitasi dilakukan:
1) Apabila guru
mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap.
2) Untuk mengaktifkan
anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan
soal-soal sendiri, dan mencoba sendiri.
5.
Metode Demonstrasi dan
Eksperimen
Metode Demonstrasi adalah metode
mengajar dimana guru sengaja meminta murid memperlihatkan suatu proses kepada
semua siswa., misalnya proses cara mengambil air wudhu, proses shalat 5 waktu.
Metode eksperimen adalah metode
pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai
latihan praktis dari apa yang diketahui, misalnya murid mengerjakan shalt
jumat, merawat jenazah dll.[6]
6.
Cooperatif Learning
Cooperatif Learning merupakan
suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Cooperative
lerarning tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi
memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative sehingga
terjadi interaksi secara terbuka.
Dalam cooperatif learning siswa pandai mengajar siswa yang
kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar
dalam suassana yang menyenangkan karena baynyak teman yang membantu dan
memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif
agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
Dalam cooperative learning ada beberapa variasi
yang dapat diterapkan menurut Slovin:
1.
STAD (Student Team
Achievment Division)
2.
Jigsaw
3.
Group Investigation
4.
Rotating Trio exchange
d.
Variasi pola interaksi dan
kegiatan
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan
belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari guru sampai yang
dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola interaksi dapat berbentuk kelompok dan
perorangan, sedangkan variasi kegiatan bisa berupa mendengarkan informasi, menelaah
materi, diskusi, latihan atau demonstrasi.
Adapun jenis pola interaksi yang digambarkan seperti
dibawah ini:\
1)
Pola guru → murid: komunikasi
sebagai aksi satu arah.
2)
Pola guru → murid → guru: ada kebalikan
(feedback) bagi guru.
3)
Pola guru→ murid→murid: ada balikan bagi
guru, dan siswa saling belajar satu sama lain.
4)
Pola guru → murid, murid → guru, murid → murid: interaksi
optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid.
5)
Pola melingkar: setiap
siswa mendapat giliran untuk mengemukakan jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar