PAI

Minggu, 29 April 2018

Keterampilan memberi penguatan dan variasi


Keterampilan memberi penguatan

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memunkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Adapun tujuan dalam memberikan penguatan yaitu:
1.      Meningkatkan perhatian siswa.
2.      Melancarkan atau memudahkan prsoses belajar.
3.      Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.
4.      Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif.
5.      Mengarahkan dan meengatur diri sendiri dalam belajar.
Dapat diberikan terhadap:
1.      Perhatian terhadap guru, kawan, obyek diskusi.
2.      Tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis.
3.      Penyelesaian hasil pekerjaan (PR).
4.      Kualitas pekerjaan (kerapihan).
5.      Perbaikan/penyempurnaan tugas.

Komponen keterampilan
Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif, hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas.
Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan adalah:
a.       Penguatan verbal
Penguatan verbal dapat berupa kata-kata atau kalimat ynag diucapkan guru. Contoh, “baik” , “bagus” , “tepat” , “saya sangat mengshargai pendapatmu” , “pikiranmu sangat cerdas” dll.
b.      Penguatan gestural
Penguatan ini dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangkat alis, tersenyum, tepuk tangan, mengangguk, menaikkan ibu jari tanda “jempolan” dll.
c.       Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini dikerajakan dengan cara mendekati siswa untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya guru duduk dalam suatu kelompok diskusi , berdiri disamping siswa. Sering gerakan guru mendekati siswa diberikan untuk memperkuat penguatan yang bersifat verbal.[1]
d.      Penguatan dengan sentuhan
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa. Sering kali untuk anak-anak yang masih kecil guru mengusap rambut kepala siswa.
e.       Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temanya bila dia selesai mengerjakan pekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa diminta memimpin kegiatan dll.
f.       Penguatan berupa tanda atau benda
Penguatan ini merupakan usaha guru dalam menggunakan bermacam-macam simbol penguatan untuk menunjang tingkah laku siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komentar tertulis pada buku pekerjaan, pemberian bintang, permen atau hadiah.
Cara menggunakan komponen
1.      Penggunaannya harus bervariasi.
2.      Pemberian penguatan lebih baik dilakukan secara langsung dan segera.
3.      Untuk keperluan tertentu penggunaan penguatan secara tidak penuh dapat diberikan.
  

  Keterampilan menggunakan variasi

Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses  belajarnya yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta aktif.
Kegunaan di dalam kelas
1.      Memelihara dan meningkatkan perhatia siswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek belajar.
2.      Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.
3.      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4.      Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual sehingga memberi kemudahan belajar.
5.      Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan efektif.[2]
Komponen-komponen keterampilan menggunakan variasi
a.       Variasi dalam gaya mengajar guru
Variasi gaya mengajar guru meliputi komponen-komponen:
1)      Variasi suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan.
2)      Pemusatan perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan. Maka dari itu perhatian siswa harus difokuskan pada aspek yang penting atau kata kunci dengan memberikan peringatan dalam bentuk kata-kata. Misalnya: “Perhatikan baik-baik”, “jangan lupa dicatat” dll.[3]
3)      Kesenyapan
Pada saat menerangkan sering diperlukan kegiatan berhenti sejenak tiba-tiba. Kesenyapan macam ini bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan dikerjakan bila guru akan berpindah materi pelajaran. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengendapkan pengetahuan yang baru diperoleh sebelum pindah segmen berikutnya.
4)      Kontak pandang
Bila guru menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
5)      Gerakan badan atau mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi.
6)      Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari depan ke belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan. Yang terpenting ialah perubahan posisi itu harus ada tujuannya.

Variasi Bahan Ajar, Media dan Metode
a.       Variasi bahan ajar
Yang dimaksud variasi bahan ajar adalah bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya mengajarkan materi-materi pokok saja tetapi juga harus diselingi (divariasikan) dengan materi-maeri penunjang, seperti contoh-contoh, cerita dan sebagainya.
b.      Variasi media
Ada tiga variasi penggunaan media yaitu:
1)      Variasi media pandang
Dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar untuk komunikasi, seperti buku, globe, peta, gambar grafik, model demonstrasi dll.
2)      Variasi media dengar
Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media taktil, sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya adalah pembicaraan siswa, rekaman audio, rekaman wawancara dan lain sebagainya.
3)      Variasi media taktil
Variasi media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajar. Dalam hal ini siswa dilibatkan dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan dan dilakukan secara individual ataupun kelompok kecil. Misalnya dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah.[4]
c.       Variasi metode
Dalam proses belajar mengajar, guru tidak terpaku dengan satu metode saja melainkan bisa memvariasikan penggunaan berbagai metode dengan tujuan agar anak didik tidak merasa bosan.
Ada berbagai macam metode yang bisa digunakan, diantaranya ialah:
1.      Metode ceramah
Metode ceramah ialah suatu metode dimana cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dilakukan dengan lisan. Peranan guru dan siswa jelaslah berbeda, yaitu guru menerangkan secara aktif, sedangkan siswa mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan yang sekiranya penting. Metode ceramah digunakan apabila materi yang akan disampaikan cukup banyak dan harus disampaikan kepada orang banyak.
2.      Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah suatu metode dimana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang bahan materi yang ingin diperolehnya.
Metode tanya jawab dilakukan:
1.      Sebagai pengulangan pelajaran yang telah diberikan.
2.      Sebagai selingan dalam pembicaraan.
3.      Untuk merangsang anak didik agar perhatiannya tercurah kepada masalah yang sedang dibicarakan.
4.      Untuk mengarahkan proses berpikir.
3.      Metode diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya.
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:
1)      Mendorong siswa berpikir kritis.
2)      Mendorong siswa mengeksoresikan pendapatnya secara bebas.
3)      Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memcahkan masalah
Metode diskusi dilakukan:
1)      Bila ada soal-soal yang memungkinkan untuk dipecahkan permaslahannya oleh murid.
2)      Untuk mencari keputusan suatu masalah.
3)      Untuk menimbulkan kesanggupan pada anak didik dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
4.      Metode Tugas Belajar dan Resitasi
Metode Tugas Belajar dan Resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau kelompok.
Metode resitasi dilakukan:
1)      Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap.
2)      Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, dan mencoba sendiri.
3)      Agar anak-anak lebih rajin.[5]

5.      Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dimana guru sengaja meminta murid memperlihatkan suatu proses kepada semua siswa., misalnya proses cara mengambil air wudhu, proses shalat 5 waktu.
Metode eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui, misalnya murid mengerjakan shalt jumat, merawat jenazah dll.[6]
6.      Cooperatif Learning
Cooperatif Learning merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Cooperative lerarning tidak sama dengan belajar kelompok, atau kelompok kerja, tapi memiliki struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative sehingga terjadi interaksi secara terbuka.
Dalam cooperatif learning siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa yang kurang pandai dapat belajar dalam suassana yang menyenangkan karena baynyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
Dalam cooperative learning ada beberapa variasi yang dapat diterapkan menurut Slovin:
1.      STAD (Student Team Achievment Division)
2.      Jigsaw
3.      Group Investigation
4.      Rotating Trio exchange
5.      Group Resume[7]

d.      Variasi pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari guru sampai yang dilakukan oleh murid itu sendiri. Pola interaksi dapat berbentuk kelompok dan perorangan, sedangkan variasi kegiatan bisa berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi.

Adapun jenis pola interaksi yang digambarkan seperti dibawah ini:\
1)      Pola guru → murid: komunikasi sebagai aksi satu arah.
2)      Pola guru → murid → guru: ada kebalikan (feedback) bagi guru.
3)      Pola guru→ murid→murid: ada balikan bagi guru, dan siswa saling belajar satu sama lain.
4)      Pola guru → murid, murid → guru, murid → murid: interaksi optimal antara guru dengan murid, dan antara murid dengan murid.
5)      Pola melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan jawaban.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar